Senin, 26 Maret 2012

Ketika Bayi Aborsi Dapat Bicara

Saat ini kita hidup di tengah zaman yang dipenuhi oleh topeng kebebasan yang kebablasan. Ada istilah globalisasi, ada juga yang menyebut kemerdekaan berekspresi. Kemerdekaan untuk bergaul sebebas bebasnya sampai lupa batasan antara laki laki dan perempuan, kebebasan yang semakin tidak terkontrol dan pada akhirnya  penyakit seksual semakin tidak terkendali. Apakah kebebasan seperti ini yang kita inginkan?

Salah satu implikasi dari keadaan ini adalah semakin maraknya praktek praktek aborsi. Jika saja ibu muda yang hendak aborsi bisa mendengar bayinya berbicara, sepertinya tidak akan ada yang tega mendengar darah dagingnya meregang nyawa di dalam rahim.


Sebagai renungan buat kita semua, di bawah ini sengaja saya copykan catatan sahabat saya Wahyu Setyo Wibowo yang mencoba mengetuk nurani kita dengan pengandaian "Jika bayi aborsi dapat bicara", mungkin dia akan berkata seperti di bawah ini:

Ibu, saat ini aku gembira sekali, aku berada ditempat yang hangat, dan nyaman, tapi gelap. Ah..tapi itu tidak masalah, aku tetap gembira sekali, Allah telah memilihkan tempat ini untukku. Aku bisa mendengarkan kau tersenyum, mendengarkan suaramu yang lembut.

Tapi.. Ibu...aku ingin bertanya, kenapa hari ini kau menangis, malam ini aku juga mendengarmu menangis, bahkan ketika tangisanmu semakin menjadi, tiba- tiba kau memukul ku, yang masih ada dalam perutmu. Aku kaget sekali. Ibu.. aku ingin sekali memelukmu dan bertanya kepadamu, kenapa kau bersedih? Dan siapa yang telah membuatmu menangis? tapi kau terus memukulku.. sakiiiit bu..

Ibu, aku ingin bertanya, kenapa hari ini kau memaki- makiku, aku bahkan tidak tau apa salahku. Yang ada kau hanya berteriak sambil menyebutkan nama seseorang yang kau katakan sebagai “ayah”ku, seseorang yang kemarin memukulmu dan aku Ibu aku ingin membelai wajahmu dan mengusap air matamu, aku ingin mengatakan aku sayang Ibu agar Ibu tenang, tapi aku lihat tanganku masih terlalu kecil untuk bisa merangkul bahkan membelai wajahmu..Tapi tenanglah bu, aku benar-benar akan membahagiakanmu saat aku tumbuh besar nanti. Aku akan menjadi jagoanmu dan melindungimu, agar tidak ada lagi yang menyakiti Ibuku.

Ibu, kenapa seharian ini kau tetap menangis, apa aku berbuat salah?... Ibu hukumlah aku jika aku salah tapi tolong usir benda ini yang menarikku, Ibu dia jahat padaku, dia menyakitiku, Ibu tolong aku.. sakiiiiit kenapa kau tidak mendengar teriakanku, bu... dia menarik kepalaku, rasanya leherku ini mau putus, dia bahkan menyakiti tanganku yang kecil ini, dia terus menarik, dan menyiksaku..sakiiit...oh, Ibu tolong hentikan semua ini, aku tidak kuat menahan kesakitan seperti ini...Ibu.. aku sekarat..

Ibuku sayang, kini aku telah bersama malaikat, aku bertanya padanya, apakah aku dibunuh? dia menjawab “aborsi”. Ibu, aku masih tidak mengerti apa itu aborsi. Yang aku tau sesuatu itu telah menyakitiku dan aku sedih bu.. teman- temanku di surga bilang, kalau aku tidak di inginkan. Ah aku tidak percaya, aku mempunyai Ibu yang sangat baik dan sayang padaku.

Mereka juga berkata, karena aku Ibu merasa sangat malu?. Ibu itu tidak benar kan? Aku kan jagoan kecil Ibu yang akan melindungimu, kenapa Ibu harus malu? aku janji tidak akan nakal dan membuat Ibu malu.

Bahkan mereka tetap bilang padaku,kalau Ibu sendiri yang membunuhku!!. Tidak. Ibuku tidak akan sekejam itu, Ibuku sangat lembut dan mengasihiku maapkan aku bu, aku telah berusaha sekuat tenaga untuk bertahan. Karena aku ingin membahagiakan Ibu. tapi sekarang malaikat telah membawaku kesini, karena kejadian itu. Benda itu telah mengisap lengan dan kakiku hingga putus dan akhirnya mencengkeram seluruh tubuhku. Ibuku..Aku hanya ingin kau tahu bahwa aku sangat ingin tinggal bersamamu. Aku tidak ingin pergi... Tapi... Ibu, aku sangat ingin mengatakan aku sayang Ibu, walaupun aku belum sempat bernafas dan melihat wajahmu, biarlah aku sendiri yang merasakan sakitnya diperlakukan seperti itu, asal jangan Ibu. Maafkan aku karena gagal menjadi jagoan yang akan melindungimu. Selamat tinggal Ibu...

thanks to

Tidak ada komentar:

Posting Komentar