Jumat, 27 Januari 2012

Inikah Diri Kita? (renungan)

Laki laki setengah baya itu menelusuri tembok sebuah bangunan, dengan tangan tangannya yang rapuh, dia coba menapak tiap sisi tembok untuk berlalu ke depan. Ya, dia adalah seseorang yang akhir akhir ini aku perhatikan disebuah masjid yang aku pakai untuk sholat wajibku.

Dengan badannya yang tak sigap, entah karena sesuatu penyakit tertentu atau apapun itu. Dia tetap berusaha untuk selalu mencoba shalat berjamaah dimasjid dan ada di shaf pertama. Meski berada di paling kiri, agar dia bisa berpegangan terus agar bisa bangun dan berdiri dengan udah karena ada tembok. Yang membuat aku tersenyum heran adalah tiap hari beliau selalu ada disholat subuhnya atau tiap sholat sholat wajib lainnya saat aku diberi kesempatan untuk sholat di masjid tersebut. Dan usaha dan “kerja keras” yang harus dilakukan utnuk tiap sholatnya, dia tak pernah mengeluh. Mungkin pesan nabi amat menghujam pada diri, yakni andaikata manusia tahu keutamaan shalat dimasjid, MERANGKAK pun akan dia lakukan.

Kemudian saat aku pulang dari shalat subuh tadi pagi, kulihat ada seseorang yang begitu asyiknya dengan mencuci mobilnya. ketika aku pulang dan ketika aku berangkat, lelaki itu masih asyik dengan kerjanya, mencuci mobil. Tangannya yang masih kekar pun menapaki setiap sisi mobil itu dengan sigapnya. Tak ada kesan apapun tentang azan dari masjid yang cuma sekitar 100 meter saja dari telinganya. Pada saat aku pulangpun tak ada kesan mengeluh dari usaha yang dia lakukan, persis seperti lelaki yang pertama.Hanya pria ini begitu tergesa gesanya menggukan lap kanebo untuk mengeringkan mobil.

Itulah sedikit potret dari kita, saat disuruh bos untuk bisa datang ke kantor jam 6 pagi atau jam 5 pagi sekalipun, kita bisa dengan mudahnya bangun sebelum subuh. atau ketika disuruh bos untuk menemainya tugas ke daerah dengan pesawat pukul 5 pagi, tidur malampun kita tak pernah nyenyak karena khawatir kebablasan.

Kita amat jarang sekali khawatir dengan kelewatan tahajjud kita, begitu susah tuk bangun malam dengan sigap karena Allah. kita tak pernah rindu saat saat menangisi diri karena Allah. Kita begitu pusing dan marah ketika pekerjaan kantor begitu banyak, dan kita banyak tersenyum dan tertawa saat melakukan sebuah maksiat untuk menghianati rizky indra yang kita peroleh.

by rediyan.setiawan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar